QARANA DALAM PESPEKTIF AL QURAN
oleh Moh. Chudlori Umar
- PENGANTAR
Sejak awal Februari 2020, dunia dihebohkan dengan virus corona. Berawal dari bencana yang melanda provinsi Wuhan di Negara Republik Rakyat Cina, selanjutnya meluas ke negara lain di seluruh penjuru dunia. Dampak dari wabah ini cukup berpengaruh di berbagai bidang hidupan manusia, baik fisiologis maupun psikologis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disibukkan dengan kegiatan bagaimana menghadapi bencana global yang cukup dahsyat ini. Para pakar di berbagai bidang menggunakan ragam sarana dan prasarana, berperan serta dalam menghadapi bencana yang sungguh menakutkan ini. Media cetak, layar kaca, media sosial, dan media media lainnya sibuk mengeksposenya. Bukan hanya para ahli kesehatan yang ikut serta dalam menangani bidang ini. Pakar berbagai bidang ikut serta dalam menghadapi pasukan yang tak terdeteksi oleh panca indra ini. Aktivitas manusia harus dibatasi, bahkan ada pula yang terpaksa harus diistirahatkan. Sampai kapankah bencana ini akan berakhir ? Atau tak akan berakhir sampai akhir zaman? Tulisan merupakan sebuah letupan kesadaran yang dilatar belakangi oleh kenyataan yang dihadapi oleh penghuni bumi, dalam mempertahankan eksistensi kehidupan manusia sebagai khalifah di bumi Allah , Tuhan Maha Pencipta, Pengatur, dan Pemasti semesta alam.
Rujukan utama dalam tulisan ini hanyalah Al Quran, yang diyakini oleh pencintanya sebagai pedoman hidup dalam berkelana di bumi ciptaan NYA. Sumber sumber lain, sifatnya hanya sebagai pembantu. Data data yang dijadikan rujukan difahami melalui pendekatan comprehensive integral tekstual dan dan kontekstual. Boleh jadi, apa yang disampaikan melalui tulisan ini ada yang sependapat, dan mungkin pula ada tidak sependapat. Mungkin pula ada yang mengabaikannya, tak ambil peduli, karena beragam sudut pandang dan kepentingan. Pemaparannya, dimulai dari tinjauan kata, rangkaian kata, rangkain pesan, essensi dan implementasi pesan sebagai jalan keluarnya.
Jika tulisan ada manfaatnya, silakan disedekahkan kepada sipa pun. Baik isi maupun bahasa tentu banyak kekurangan, sebab itu kritik dan saran untuk melengkapinya sangat dinanti.
- TINJAUAN ETIMOLOGI
Dominasi peradaban Barat pada era melinial, salah satu buktinya adalah para pakar bahasa mengemukakan bahwa corana berasal dari bahasa Yunani artinya virus yang bertanduk, dihubungkannya dengan kata crown yang artinya mahkota. Pengartian tersebut terbangun karena penguasa Macedonia berpenampilan dengan atribut penutup mahkota kepala (semacam blangkon) yang mebentuk dua tanduk. Siapakah ahli biologi yang pertama memberikan nama corona itu?, Tentu dialah yang berhak menerima hadiah nobel Corona. Penelusuran nama corona dan dikaitkannnya dengan penampilan seorang Alexander (abad 356 -323 sM), tentu berkaitan erat untuk mengenang seorang maharaja yang dengan dua tanduknya berhasil menguasai wilayah kawasan strategis peradaban dunia. Para pakar sejarah ada yang menyebutkannya dengan Alexander Yang Agung, atau nama lain Iskandar Dzulkarnain. Banyak nama yang dikaitkan dengan nya, seperti Iskandaria, nama kota di Mesir, Iskandar, Iskandar Muda, atau Dzul Qarnain, dll. ,dipakai untuk nama seseorang di Indonesia, berarti kenangan tentang dia cukup berpengaruh sampai ke kawasan Nusantara.
Kapankah nama corona dimunculkan? Jika kata itu ditemukan pemakiannnya sebelum Alexander, berarti Alexander memakai atribut mahkotanya itu sebagai lambang keberanian expressi dari spirit Yunani. Namun, jika berarti nama atau kata corona dikaitkan dengan namanya, berarti peradaban Yunani terpanguruh oleh Alexander. Jika alternatife yang pertama yaitu sejak sebelum Alexander, maka para ahli bahasa kajian etimologi, dituntut untuk menelusuri kajian sejarah, tentang asal muasal pemakaian kata corona. Bahasa adalah alat budaya, sejarah bahasa, mempunyai relevansi yang kuat dengan sejarah peradaban.
Para ahli ahli antropologi budaya, dan pakar pakar lainnya tidak harus terhenti bertanya ketika dikatakan asal peradaban itu dari Yunani. Para pengkaji filsafat, tentu mengakui bahwa Yunani sebagai mahaguru bidang kajian ini. Mohammad Hatta mengangkatnya menjadi subyek kajian dengan judul Alam Fikiran Yunani. Plato, seorang tokoh pemikir Yunany cukup populer, dengan teori goanya, yang diakhiri dengan pernyataan yang begitu populer yaitu “ The first absolote good is God (Pangkal kebaikan /kebenaran yang mutlak adalah Tuhan)”. Filsafat etika tentang value and price (nilai dan harga), berawal darinya. Dari filsafat etika Plato ini selanjutnya menjadi populer di bidang lain. Dalam dunia ekonomi, misalnya kajian tentang nilai dan harga menjadi kajian adalah pokok kajian yang signifikan terutama dalam kajian ekonomi perbangkan. Aristoteles, mengajukan teori yang berseberangan dengan gurunya Plato. Konsep berfikir deduktif yang genaralistik, yaitu alam idea (nalar abstrak atau hayali), diibantainya dengan teori berfikir induktif. Pandangan konseptual yang tidak realistis, dinasakhnya dengan teori faktual yang fragmatis. Raja si dua tanduk yang perkasa itu menobatkan Aristoteles menjadi guru sebagai konsultan istana. Merger antara penguasa dengan cendekia (ulama), itulah yang membuat kekuasaanny semakin luas.
Pasukan yang diutus ke berbagai wilayah, tidak kembali melainkan berdiaspora, menetap dan manunggal dengan masyarakat setempat. Talmudisme sebagai lembaga penelitian dan pengembangan dikembangkannya, soul of tarsus, helenisme, saracinisme dan lain lain,adalah hasil dari diaspora keperkasaan Alexander. Dokumen dokumen kaagamaan yang menjadi keyakinan masyarakat diangkutnya ke pusat kekuasaanya ke Greece (Yunani). Dokumen Jehovah (Suhuf Ula Ibrahim), Elohem (Taurat), dan Mazmur (Zabur), diterjemahkan dan dimodifikasi ke bahasa negeri adi daya, yaitu Yunany (Grece). Sinkretisme peradaban dikembangkan pada masa keperkasaan Zul Qarnain. Dari paparan tersebut apakah tidak mungkin jika kata corona, diambil dari bahasa kitab kitab yang diyakini oleh masyarakat pada masanya sebagai wahyu Tuhan ???
Adalah suatu tugas bagi para ahli bahasa, menelusuri tinjauan antropologi budaya, khususnya dalam kajian etimologi, yang tidak terhenti pada teses yang ada. Bukankah dari tinjauan para antropolog ditemukan bahwa peradaban Hebrew (Ibrany), telah mendahului peradaban Yunany ??? Bukankah para antropolog telah menemukan bahwa huruf atau aksara ibrany, telah dipakai pada masa sebelum keperkasaan Yunany. Pertanyaan yang cukup menarik, adalah pertanyaan “ Mengapa kitab kitab yang diyakini sebagai Wahyu Tuhan, yang dikembangkan atau diterjemahkan ke berbagai bahasa dimuka bumi ini dari kitab yang berbahasa Yunany (geece), bukan dari bahasa Hebrew (Ibrany)?? Jangan, jangan terus ditelusuri “ Lets God be True” Mari kita bersikap Biarlah Tuhan Yang Maha Benar”. Yang ada itu lah yang harus kita imani. Mereka mendoktrinkan bahwa bahasa Hebrew (Ibrany) telah hilang. (Hilang dengan sendirinya atau sengaja dihilangkan, karena kepentingan tertentu ???).
Atas dasar tinjauan krtitis etimologis cukup beralasan jika kata corona, diduga kuat adalah kata yang diambil dari bahasa Pencipta Semesta alam, melalui wahyuNYA. Kalau pun kata ini diambil dari Bahasa Yunani boleh jadi diambilnya dari suhuf Ula nabi Ibrahim yang dikenal dengan bahasa Ibrany yang berkembang pada masanya dikembangkan menjadi dua peradaban, berikut bahasanya. Peradaban yang dikembangkan oleh Nabi Ishak, Ya’qob, yang menjangkau Mesir melalui Yusuf. Selanjutnya dengan kitab Taurah melalui Nabi Musa pada abad 13 sebelum Masehi, Kitab Zabur melalui Rasul-Nya Dawud dan Sulaiman abad (10 – 9 s M), dan seterusnya diulang dengan Injil melalui misi kerasulan Nabi Isa. Dari jalur nabiullah Ismail, melahirkan peradaban Ilahiyah di masyarakat Quraisy. Yang pada masa Muhammad Rasullah menerima wahyu dengan menggunakan bahasa masyarakatnya yaitu Bahasa Quraisy, di wilayah Hijaz. Dari pangkal yang sama, tentu melahirkan bahasa yang sama. Kalau pun ada perbedaan, dan pergeseran bahasa, itu kemungkinan terjadi karena pergeseran dan adaptasi budaya. Diantara contohnya, antara lain kata Ibrahim menjadi Abraham, Bram, Brahman dll, ardhun menjadi eart, Mikail menjadi Maikel, dzu menjadi jhon Al masih menjadi mesias, ibrani menjadi hebrew, Daru Salam menjadi Yerusalem, Madyan menjadi Median, Utsman menjadi Ottoman, Al Furaat menjadi Efrat, quranaa menjadi corona, dan lain.
- TINJAUAN TERMINOLOGI
Dari tinjauan morfologi (teori bentuk kata), kata quranaa adalah bentuk jamak dari qariin. Dasar katanya dari tiga hurf pokok yatiu q r n Dari kata yang asalnya dari tiga huruf itu, semua ujaran yang mengggunakan kata dan bergagai kata yang unsur dasarnya dari tiga huruf itu diteliti, selanjutnya dari pengertian yang diperolehnya ditungkan menjadi pengertian. Dari pelacakan para penulisnya dituangkan menjadi pengertian. Secara ringkas beberapa arti yang berkaitan dengan kata quranaa, dari kamus dan encyclopedie antara lain ; 1) hewan yang kecil yang tidak terlihat mata, atau bakteri seperti jamur atau spora lain, kutu yang melekat pada daun (kutu kebul) serangga seperti nyamuk, lalat, wereng, belalalang dll; 2) tali, pengikat, pelana kuda, tanduk, gunung, gumuk (rumah sarang rayap), dll. 3) tetap di tempat, teman, pasangan, pendamping, ideologi, tokoh, kekuasaan, keperkasaan, dll. 5). kondisi atau waktu , masa, dekade, satu abad, dll. 6). alasan, qarinah atau rangkaian ujaran, tata urut sistematika, berfikir, beperilaku seperti Qarun, dll. (Perhatikan Al Munjid, Lisanu al Arab, Al Wasiith, Al Muhiith, dll).
Para pengguna bahasa, adakalanya memilih kata yang digunakan didasarkan atas pertimbangan subjektinya. Karena terkesan dengan peristiwa sejarah, misalnya tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia, maka orangtua menamai anaknya dengan Titi Huryati (Hari kemerdekaan yang ke 33), atau terkesan dengan bacaan shalat, orang memberi nama anaknya dengan Hanif Muslim. Nama buah yang kulitnya berduri dipakai durian. Nama perkumpulan atau organisasi, dipakai Kampian (Kampung Impian Nusantara), karena visinya ingin membangunan masyarakat idaman di Nusantara. Raja yang berpenampilan menggunakan mahkotota berbentuk dua tanduk, dijuluki dengan Zulkarnain, Dzu Al Qarnain. Hewan menyerupai asesoris mahkota raja yang seperti tanduk, dinamai qurana, atau qorona. Para penulis kamus, atau encyclopedia (mu’jam), sama halnya dengan para pemakai bahasa pada umumnya. Biasanya penulis kamus memasukkan pengertian ke dalam isinya mendasarkan pada pengartian yang difahami oleh kebiasaan pemakai bahasa. Tata arut yang diambil berdasarkan susunan abjad. Dari a sampai z. Isinya, di bagian awal, dari mendasarkan isi kamus atau mu’jamnya berdasarkan kesan yang terbagun di kesadarannya. Dari hasil studinya itu dituangkan menjadi pengalaman. Dalam menetapkan pilihan arti, kamus wilayah kerjanya hanya memberikan ragam kemungkinannya. Penguna bahasa berwewenang untuk memilih pengertian yang relevan dengan isi ujaran yang digunakan oleh pemakai bahasa.
Kata quranaa, (dipakai huruf awal qaf dhammah qu bukan huruf co) dalam Al Quran, ditemukan pada surat Fussilat ayat 25. Kata quranaa yang dimaksud pada ayat tersebut, berkaitan dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh masyarakat yang tidak mau dengan aturan Allah. Para pembaca Quran diminta mencermati kehidupan masa kini, melalalui pendekatan sejarah. Perjalanan sejarah nabi Hud yang dicibirkan oleh masyaratnya yaitu kaum Ad (Aden), begitu pula Nabi Saleh menghadapi kaum Tsamud. Misi mereka untuk membangun peradaban ilahiyah di muka ditolaknya. Masyarakatnya memilih bergabung bersama kelompok yang mempertahankan peradaban telah mendarah daging. Atas pertimbangan qarinah (rangkaian) kata secara tekstual, quranaa pada ayat tersebut tidak ada hubungannya dengan corona nama virus yang kini tengah mewabah di muka bumi ini. (qarana, qarina, qaruna = berkumpul, berteman, bergabung, menetap, berpandangan, berkeyakinan, dll.)
Walau pun demikian, jika difahami secara maknawi antara quranaa dengan corona ada hubungan yang kuat. Corona dalam arti biologis adalah hewan yang membahayakan. Berkembang melalui hewan seperti kelelawar, atau manusia. Manusia yang terinfeksi dengan virus ini, menjadi melamah, bakkan sampai membawa kematian. Sikap masyarakat Tsamud dan Ad, memilih untuk memegang kuat dengan konsep peradaban yang ada, berakibat fatal bagi mereka, sehingga kepastian Allah, mereka menaggung azab. Tentang hal ini akan lebih jelas pada paparan tinjauan COMPREHENSIVE INTEGRAL di pembahasan akhir.
- TINJAUAN FILOSOFIS
Universe (alam semesta) dalam perispektif Al Quran adalah makhluk (ciptaan) Allah. Secara garis besar, makhluk Allah terbagi menjadi dua yaitu alam yang bersifat pasti (pasti alam), dan khalifah yaitu makhluk budaya. Aturan Allah tentang pasti alam selanjutnya dipakai ayat kauniah, sedangkan ketentuan atau aturan-Nya, yang berkitan dengan makhluk budaya dipakai ayat quraniyah. Manusia adalah makhluk unik. Keunikan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya karena dua alam bergabung menjadi satu. Secara biologis (jasmani) manusia adalah bagian dari pasti alam, sedangkan secara psikilogis (ruhani) manusia sebagai makhluk budaya.
Ayat kauniah terbentang di jagat raya, karena sifatnya yang pasti maka informasi tentang ayat kauniah, akan diperoleh secara objektif jika kesannya didasakan pengalaman yaitu data empirik. Sains (pengetahuan kealaman), Ayat ayat quraniah dilayangkan melalui risalah, yang sekaligus ditayangkan menjadi peradaban para Rasul sebagai expressi budayanya sedangkan ayat ayat kauniah terbentang di jagat raya sebagai sanggar dalam pentas pergelaran budaya. Al Quran adalah ruh (penggerak) budaya sehingga menjadi peradaban. Hubungan secara timbal balik antara antara jiwa dan raga begitu kuat, dan akan saling mempengaruhi. Dua unsur yaitu ruhani dan jasmani akan terus bersenyawa. Perpisahan antara keduanya itulah yang disebut kematian.
Ayat ayat kauniah dalam perspektif Al Quran diciptakan untuk manusia. Agar mampu memanfaatkan alam secara tepat guna dan berhasil guna, diperlukan penegetahuan tentang ayat ayat kauniah (sains). Pengetahuan seseorang tentang fisiknya, alam di seputarnya dimulai dari yang paling dekat sampai yang tejauh, baik benda padat, benda cair, maupun udara, diperlukan agar manusia mampu beradaptasi dengan makhluk Allah yang lain. Untuk mengenal, baik ayat ayat kauniah dan ayat ayat quraniyah diperlukan teknik. Dari alat yang sederhana, sampai yang tercanggih, perlu diupayakan. Karena itu pengetahuan dan kemampuan bidang teknologi mempunyai relevansi kuat dalam merajut kesenyawaan antara dua hukum Allah yaitu kauniyah dan quraniyah.
Dari pendekatan filosofis tersebut, dalam kaitannya dengan issue corana, bahwa secara biologis corona adalah makhluk. Ia adalah ciptaan Allah. Apakah hakitanya?, dari mana asalnya ?, bagaimana krakteristiknya?, apakah manfaatnya buat manusia dan apa pula bahayanya?. Berapa lama usianya ? Jika membahayakan bagaimana mengatasinya? dan lain lain pertanyaan yang berkaitan tentang itu. Untuk menjawabnya adalah ulul amri yaitu orang orang mumpuni pada bidang ini. Tanpa pandang bulu, apakah orang Yahudi, Nasrani, Muslim, berkebangsaan Cina, atau Indonesia, dan lain lain kemungkinan. Thomas Alva Edison orang Amerika ( 11 Februari 1847- 18 Oktober 1931) beliau adalah penemu pertama pembangkit listrik. Hasil temuannya itu adalah contoh amal jariyah, yang membuat namanya sampai sekarang terus bersinar, seterang cahaya lstrik yang ditemukannya.
- TINJAUAN TEOLOGIS
Tinjauan teologis yaitu memandang masalah berdasarkan keyakinan. Seperti diketahui bahwa agama adalah ajaran tentang keyakinan. Keyakinan bahwa Al Quran adalah pedoman hidup, termasuk salah satu bagian dari tinjauan ini. Dalam kajian teologi kontemporer umat Islam diperkenalkan dengan dua mazhab yang kontrofersial, yaitu jabariah (fatalist) dan qadariah (free will).
Jabariah berasal dari kata juburun, tutup, terbatas, dll. Dari kata tersebut dipakai menjadi sebutan bagi pemahaman bahwa kebaradaan manusia tergantung pada kehendak Tuhan. Menurut faham ini Tuhan mempunya kehendak dan kekuasaan mutlak. Jabariah yang ekstrim menempatkan Tuhan adalah segala galanya. Jika Tuhan menghendaki, maka apa pun akan bisa terjadi. Keyakinan semacam ini didukung dengan ragam alasan, misalnya adanya keajaiban yang luar biasa. Kaya atau miskin yang menimpa diri seseorang sudah suratan ilahi. Suratan Ilahi telah ditetapkan pada alam arwah yaitu ketika masih usia 40 hari dalam kandungan seseorang. Usaha manusia sama sekali tidak ada pengaruhnya. Menjadi orang baik atau orang jahat adalah kehendak mutlak Tuhan. Manusia itu ibarat wayang, Tuhan lah yang smenjadi dalangnya. Karena sifatnya yang maha mutlak, mungkin Tuhan memasukkan orang yang jahat ke syurga dan sebaliknya memasukkan orang yang baik ke neraka. Hakikat hidup adalah wihdat al wujud yaitu manunggaling kawula Gusti ( bersatunya Tuhan dengan saya). Kalau Tuhan sudah menyatu dengan saya, maka hilanglah segala galanya yang ada hanyalah DIA, saya adalah dia dan DIA adalh saya. Peryataan yang muncul adalah “Engkau dan aku adalah satu”. Faham ini tidak tahan terhadap kritik, kalau perbuatan jahat adalah perbuatan Tuhan, mengapa manusia orang yang berbuat jahat harus dihukum, bukankan perbuatan jahat itu perbuatan Tuhan ?
Atas dasar keyakinan jabariah yang antara lain seperti tersebut, maka dalam mengadapi wabah qarana yang melanda dunia ini disikapinya dengan kepala dingin. Qarana adalah makhluk Tuhan. Kehadiran qorona di muka bumi adalah kehendak-NYA Jika Tuhan menghendaki maka makhluk yang membahayakan dalam sekejap mata bisa saja hilang. Manusia juga adalah makhluk Tuhan. Jika IA menghendaki qorona akan bersarang dan mewabah menggerogoti manusia. Jika Tuhan tidak menghendakinya qorona tidak akan mengganggunya. Manusia tidak perlu ambil pusing. Berdoa saja, semoga Tuhan memberkati bangsa Indonesia sehingga qorona segera lenyap dari bumi Nusantara, Oh Tuhan, Perkenankanlah harapan hamba-MU ini.
Qadariah berasal dari kata qudrah artinya; potensi, kemampuan, dll. Dari kata ini dipakai sebutan kaum qadariah. Farham ini muncul sebagai reaksi dari faham Murji”ah (rajaa –yarjuu = mengarap, atau arja”a – yurji”u, menunda). Kaum murjiah disebut pula dengan faham sifatiah, yaitu faham yang berkeyakinan dengan bahwa Tuhan mempunyai sifat yang serba maha. Aliran Murjiah ini menempati kedudukan terhormat di masa dinasti Bani Umayah. Faham Jabariah yang diuraikan di muka adalah merupakan refleksi dari faham murji”ah. Faham qadariah, muncul sebagai antitesis terhadap faham murjiah yang jabariah. Kritik kebijakan politik diduga kuat sebagai pangkal tolak para kaum melinial pada waktu itu. Washil ibn Atha (L. 700 – W.748 M.), adalah salah seorang karena memisahkan diri dari kelompok pengajian Hasan Al Bashry (L. 642- W. 728 M.), dan membentuk kelompok sendiri, oleh Sang Kyai dan jamaahnya dikemukakan i’tazala Washil ‘annaa, (Washil dkk telah memisahkan diri dari kita). Dari ucapan inilah muncul sebutan kaum atau golongan Mu’tazilah (kelompok sempalan atau ranting patah). Tentang ajaran dasar para kaum melinial, Abdu Al Jabbar (935 – 1025, M.) menulisnya dalam AL USHUL AL KHAMSAH, yaitu lima dasar doktrin kaum Muktazilah, yaitu at Tauhid (menafikan sifat sifat Tuhan yang Qadim), Al ‘adalah (kadilan Tuhan), al Wa’du dan Al Wa’iid (janji dan ancaman Tuhan), Manzilah bain al Manzilatain (satu posisi antara Surga dan Neraka), dan amar makruf nahi munkar).
Dari doktrin tersebut, dapat ditarik alur berfikr, bahwa Tuhan sebagai pencipta alam memberikan keleluasan dan kebebasan kepada manusia. Manusia dengan akalnya mampu menentukan kebaikan dan keburukan. Tuhan berkuasa, namun kekuasaan Tuhan tidak bersifat mutlak. IA adalah Maha Adil, karenanya DIA terikat dengan janji NYA. IA akan membalas orang yang berbuat kebaikan dengan imbalan yang positif dan membalasnya dengan siksaan terhadap orang yang berbuat jahat. Keberadaan yang menimpa manusia adalah akibat dari perilaku manusia itu sendiri. Itulah sebabnya mengutus rasul adalah refleksi dari kewajiban Tuhan untuk manusia. Karenanya, manusia manusia pun dituntut agar meninggalkan yang buruk dan melaksanakan yang baik, sebagai refleksi dari sifat Tuhan, IA wajib menyampaikan sesuatu yang baik buat manusia.
Sebagai implementasi dari faham qadariah, dalam menghadapi qarana, manusia dituntut berperan aktif dalam menghadapinya. Berbagai hal yang berkaitan dengan carana perlu difahami secara mendalam. Berhasil atau tidak manusia dalam menghadapinya covid 19, tergantung ketepatan manusia dalam menghadapinya. Jika sudah tepat, pasti Tuhan akan membalas sesuai dengan nilai kinerja manusia. Tanpa diminta pun Tuhan pasti akan memberikan sesuatu yang positif. Sebaliknya walaupun merengek meminta terhindar dari bencana, tanpa usaha dan kerja keras tidak mungkin terhindar dari bahaya qarana.
Faham fatalist dan free will, dipandang tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Masyarakat kaum yang kemampuan nalarnya masih sederhana doktrin jabariah itulah pilihannya. Sementara yang kemampuan daya nalarnya cukup tinggi maka doktrin qadarialah yang dambil. Pembantaian para tokoh opoisisi pada masa Dinasti Bani Abbas di bawah khalifah Al Makmun (813 833 M). Al Asy’ary (873 – 935) mengambil teori eclectic atau sincretist (memadukan), yaitu faham al kasbu wa al ikhtiar. Pencetus sifat 50 lima pulu dalam ilmu tawhid adalah beliau. Faham ini disebut dengan Ahlu al Sunnah wa al jamaah. Walaupun Tuhan berkuasa, mutlak namun manusia perlu usaha dan berikhtiar. Itulah sebabnya muncul teori men proposes and God disposis (manusia merencakan Tuhan sebagai penentunya). Bekerja dan berdoa itulah motto kehidupan manusia. Mazhab ahlu al sunnah wa al jamaah, ini menjadi popular di manca Negara, termasuk di Indonesia. melalui seorang akademisi Al Ghazaly (L. 1058 – W. 1111), sewaktu ia menjabat sebagai actor intelektual istana pada masa keperkasaan dinasti Saljouk di Bagdad di bawah Sultan Malik Shah I dan Nidzam al Muluk.
Baik faham jabariah maupun qadariah, ahlus sunnah wal jamaah dan faham-faham lainnya, menempatkan Tuhan sebagai objek dalam berfikir. Perdebatan mereka sesungguhnya dilatar belakangi oleh faktor politik dan kekuasaan. Gelombang pasang dan surutnya Mazhab Teologi tersebut sangat tergantung pada dukungan dari penguasa politik. Sebab itu tidaklah berlebihan jika perdebatan tentang teologi (Ilmu Kalam) sarat dengan muatan politik.
- TINJAUAN COMPREHENSIVE INTEGRAL
Tinjauan comprehensive integral dalam tulisan ini adalah kumpulan ayat Al Quran yang secara redaksional berkaitan dengan kata qarana, qarina atau qaruna. Apakah pesan yang dapat diambil dari ayat ayat tersebut. Adakah keterkaitan antara ayat ayat tersebut dengan issue wabah corona yang mendunia sekarang ini.
Beberapa ayat tersebut antara lain :
- Kata قَرْنٌ : = Ummat bangsa
ألم يروا كم أهلكنا من قبلهم من قرن مكناهم فى الأرض ما لم نمكن لكم و أرسلنا السماء عليهم مدارا وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم فأهلكناهم بذنوبهم و أنشأنا من بعدهم قرنا آخرين …….. الأنعام 6
Bukankah mereka sudah mengerti, betapa banyak ( lantaran perilaku mereka ) KAMI hancurluluhkan suatu bangsa, yang keperkasaannya sungguh luar biasa, yang belum Kami buktikan, kalau itu akan menjadi kenyataan peradaban kalian. Tanahnya subur (laksana suburnya padang pasir) yang kesiram hujan lebat dan irigasinya yang tak pernah kering. Tiba tiba Kami hancurkan, lantaran mereka memilih hidup ( mengikuti sistem yang dirancang ) dengan gelimang dosa yang mereka lakukan sendiri. Selanjutnya KAMI tampilkan masyarakat baru (Madinah Munawwarah yang kalian impikan).
وكم من قرية أهلكناها فجاءها بأسنا بياتا أو هم قائلون ……… الأعراف 4
Betapa banyak bangsa yang telah KAMI hancurkan, petaka yang menimpa di malam hari (secara tiba), atau sebelumbnya sudah mereka prediksi.
وكم أهلكنا قبلهم من قرن هم أحسن أثاثا و رئيا ….. مريم 74
Betapa banyak, (atas kepastian) KAMI, pernah meluluh lantakkan suatu bangsa, yang begitu maju peradabannya (lantaran mereka menentang keras misi risalah ilahiyah).
Dari tiga ayat tersebut kata qarnun mempunyai sama dengan qaryah ( bangsa, kaum, masyarakat). Selain tiga ayat tersebut ada berapa ayat yang redaksinya hampir sama, dan menggunakan kata qarnun. yaitu Q : 19.98, Q: 38.3; Q; 50.36, Q: 23 .31. dll.
Beberapa ayat tersebut pada umumnya adalah basyiir sekaligus nadziir. Basyiir yaitu gambaran yang menggembirakan bagi pejuangan para Rasul, yang begitu berat dalam melaksanakan pembangunan missi ilahiah. Reaksi negatif dari masyarakatnya, bukan hanya penolakan secara akademis, namun beragam makar, mereka lakukan dari bujukan, ancaman, pengadilan, blokade sosial dan ekonomi, dan sikap sikap lain yang membuat pessimis terhadap para pendekar kebenaran. Dalam kondisi itu itu Allah memberikan informasi yang menggembirakan, bahwa betapapun beratnya tantangan namun yang dihadapi harapan untuk membangun Kampung Impian pasti akan terwujud. Sebaliknya nadziir (ancaman) seperti sikap masyarakat Tsamud dan Ad, bergabung memilih untuk memegang kuat dengan konsep peradaban yang ada, berakibat fatal, mereka harus menanggung risiko atau azab. Mengenai azab atau bencana yang menimpa mereka, boleh jadi bencana alam seperti kemarau panjang, gempa bumi, banjir, tanah longsor, wabah, hama dan penyakit, dan lain lain, atau bencana sosial seperti ketegangan politik, perang, dan lain-lain. Lebih jelas dan rinci perhatikan surat Al A’raf ayat 130 -134.
Misi para Rasul adalah memperkenalkan ajaran dari Tuhan Pencipta dan Pengatur alam, untuk kepentingan manusia. Dalam beradaptasi dengan lingkungan seputar, apakah lingkungan kauniah atau lingkungan sosial. Pemanfaatan asset kauniah Allah berprinsip pada asas kecermatan dan ketepatan. Cermat dalam memahami sunnah kauniah dan sunnah qauliah dan tepat pula dalam memberdayakannya. Asas itulah yang disebut dengan sadaqah atau zakat ( jujur dan bersih).
Beberapa ayat quraniyah berikut adalah sebagai arahan bagi manusia dalam memandang kesemestaan, antara lain .
هو الذى خلق لكم ما فى الأرض جميعا …….. الآية : البقرة 29
Dia lah yang telah menciptakan semesta yang ada di persada dunia ini, tanpa kecuali untuk kalian
Dari tinjauan hukum kauniah, tak ada satu ciptaan Allah yang bukan untuk manusia. Ramah lingkungan adalah asas dalam beradaptasi dengan alam. Pemanfaat alam tidak hanya mempertimbangan kebutuhan manusia, melainkan juga harus mempertimbangkan asas hukum kauniyah. Satu contoh yang kecil misalnya, pembalakan hutan. Para pengusaha apakah legal atau tidak, harus mempertimbangkan, mengapa memilih pekerjaan menebang pohon. Jika pertimbangannya hanya mempertimbangkan perusahaan, untuk meraih uang dari usahanya, maka yang terjadi adalah hutan menjadi gundul. Akibatnya panas bumi naik. Kutub mencair, berakibat pasang laut meninggi sehingga penambak udang, bandeng, dll. kebanjiran. Pengusaha tambak gagal panen. Harga ikan menjadi mahal. Masyarakat kurang protein hewani. Kebugaran tubuh terganggu. Daya tahan tubuh melemah. Mudah terserang penyakit. Kecerdasan berfikir masyarakat rendah. Kreativitas menurun menjadi loyo. Hidup tergantung pada yang kaya. Rela menjadi budak yang penting bisa hidup. Merengek menjadi TKI ke luar negeri. Indonesian terkenal dengan negara pembantu.
ألم نجعل اللأرض مهادا والجبال أوتادا ……. النبأ – 78 79 ?
Bukankan Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, dan perbukitan sebagai stabilistornya?
Walau sekedar sampiran, dari kata perbukitan sebagai stabilisator punya relevansi dengan sistem peradaban. Akibat penebangan hutan, fungsi perbukitan sebagai stabilisisator menjadi hilang. Dengan ada hutan angin menjadi tertahan. Uap air menjadi berkumpul, selanjutnya menggumpal menjadi awan yang pada saatnya hujan turun . Dengan pembalakan hutan, lantaran gunung menjadi gundul. Air hujan semuanya mengalir karena tak ada serapan. Terjadi bencana banjir bandang dll. Sawah petani terendam, akibatnya gagal panen pada musim penghujan. Dengan pembalakan hutan angin tak bisa tertahan, uap air hanya lewat, hujan tak mau turun karena tak ada awan, cuaca tak menentu. Petani terkendala menanam tanaman, pada musim tanam ke dua, karena kesulitan lair. Atau bisa menanam padi, namun gagal panen pada musim tanam kedua, lantaran sejak padi baru satu bulan, hujan tak lagi turun, padahal biasanya belum memasuki musim kemarau. Karena angin tak ada penghalang maka timpul angin puting beliung. Ombak laut meninggi. Nelayan tak bisa melaut. Harga ikan mahal, dan seterusnya. Ketergantungan pangan dari impor, sehingga beban negara menjadi berat.
Jika kebutuhan pokok masyarakat tak terpenuhi, masyarakat akan berteriak . “Kami lapar pak Presiden”. Sebagai bapak yang bertanggung jawab. Pak Presiden memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Saya rela harta saya habis, asal rakyat makan, kata Pak Presiden. Para pembantu Presiden pun dengan tulus rela kalau harta mereka habis untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Para pimpinan daerah, para Gubernur, Bupati, Wali Kota, juga bersikap demikian. Para wakil rakyat, baik pusat maupun daerah, tidak kalah partisipasinya karena sigap dan tanggap terhadap masyarakat yang mempercayakannya. Mereka rela hidup miskin seperti halnya masyarakat pada umumnya. Andaikan sikap itu diwujudkan, sampai berapa lama bisa bertahan ? Bayangkan kalau ini terjadi di hampir seluruh dunia. Andaikan wabah corona hanya berlangsung selama lima atau menam bulan, simpanan yang ada masih bisa menanggulangi kebutuhan pokok. Kalau sampai satu tahun mungkin juga masih mampu walau sudah menipis. Entah bagaimana kalau terus berkepanjangan sampai dua atau tiga tahun ? Atau ada corona lain yang lebih ganas lagi ? Bukankah corona sudah ada sejak sebelum Masehi? Mungkin namanya lain atau jenisnya pun berbeda. Namun hakikatnya membahayakan bagi kehidupan manusia.
Ketika bebutuhan pokok tidak terpenuhi, terpaksa meminjam dari para orang kaya. Ketika pinjaman yang lunak masih tidak diperoleh, pinjaman yang kasar pun apa boleh buat. Para orang kaya biasanya memanfaatkan untuk eksploitasi. Pinjaman akan diberikan, dengan catatan begini begitu. Akhirnya nasib bangsa ditentukan oleh harta. Itulah yang disebut dengan sistem aristokrasi. Demokrasi yang terjadi hanyalah demokrasi para orang kaya. Yang punya uanglah yang layak duduk di singga sana. Mereka lah yang menjadi penentu nasib masyarakat. Akankah bangsa Indonesia menjadi seperti itu.? Adakah issue corona ini membawa dampak ke arah itu mari kita bersama sama mencermatinya.
- Kata “qarana” bentukan dari “Qarun”
Di dalam al Quran terdapat kata Qarun. Louis Ma’luf memasukkan alternatif qa ra na dari kata Qarun, yaitu nama hartawan Mesir pada zaman kerasulan Musa. ( abad 13 sM). Kata qarana berari berperilaku atau menjadi seperti Qarun. Dalam terori pelacakan kata, bisa dari kata benda menjadi fiil dan kata kata lain. Dari kata batu dibuat kata kerja membatu, air mencair, satu menjadi menyatu, kuning menguning dll. Sebutan Qarun dalam Al Quran terdapat empat ayat pada yaitu : Q; 28. 76 dan 79.; Q : 29: 39, dan Q. 40 . 24.
Salah satu datanya adalah potongan teks ayat sebagai berikut :
إن قارون كان من قوم موسى فبغى عليهم ……….. الآية القصص 76
(Qarun itu sesungguhnya orang dari kalangan masyarakat Musa, namun ia berhianat terhadap mereka. …. Al Qasas )
Siapakah Qurun itu, mengapa ia dikatan sebagai penghianat terhadap Bani Israil?, dan bagaimana strategi penghianatannya ?. Di balik penghiatannya itu, tentu ada pelajaran yang berharga, bagi para pencinta Quran dalam mencermati situasi dan kondisi, dalam merancang bangun peradaban ilahiah menjadi Kampung Impian Nusantara.
Nama Qarun tidak asing di memori bangsa Indonesia. Ketika ada yang menggali tanah lalu menemukan benda yang berhara misalnya mas, hasil temuannya itu disebut dengan harta karun. Memori itu terbangun melalui informasi, apakah cerita atau dongeng, buku buku bacaan apakah pelajaran di sekolah atau buku buku pelajaran lainnya. Inti kesan yang terbangun bahwa Qurun adalah seorang hartawan yang maha kaya. Kerena hartanya yang melimpah ruah anak kunci gudang penyimpanan hartanya begitu banyak. Karena banyaknya, anak kunci pergudangannya hanya bisa diangkat oleh orang yang tenaganya kuat. Penampilannya yang sombong sebagai sosok hartawan mendapat sambutan hangat dari para pencinta harta. Seraya mereka berharap “semoga saja kita sukses sepertihalnya Karun”. Karena kesombanganya ia ditenggelamkan ke dalam bumi bersama hartanya. Sekilas kesan itu boleh jadi barasal dari cuplikan kisah dari yang berasal dari pemahaman surat Qasas mulai ayat 76 sampai 82.
Bani Israil adalah sebutan bagi umat nabi Musa. Dikatakan bani Israil yang dikaitkan dengan Nabi Ya’qub (sekitar abad 17 s M) disebut sebagai Israil (hamba Allah). Migrasi besar basaran masyarakat Bani Israil ke Mesir pada zama Nabi Yusuf ( abad 16 S.M). Bagian awal surat Qasas (28) 1 sampai 21 mengungkapkan sekelumit kisah tentang perjalanan Musa melawan Firaun. Firaun, sebagai sebutan pimpinan Mesir pada masa Musa baru lahir, merapkan sistem kebijakan politik rasialist. Warga negara Mesir yang imigran (Bani Israil) ditempatkan sebagai warga negara kelas dua. Untuk melestarikan keperkasaannya, Firaun menetapkan kebijakan, para ksatria jangan dibiarkan, sebaliknya mereka yang bisa di rangkul diberi kesempatan, seperti halnya kebijakan membunuh bayi laki laki dan menghidupkan bayi berempuan.
Musa lahir dari kalangan Bani Israil, dari bayi dirawat di keluarga istana. Namun apa daya, senjata makan tuan. Kekhawatiran Firaun, yaitu dunia menjadi terbalik, ditandai dengan gejala gejala ketika Musa mulai sudah dewasa. Sang penguasa yang diktator itu kerap kali kebijakannya dikritik oleh anak angkatnya. Rupanya sang diktator kebingungan menghadapi anak angkatnya itu. Dibiarkan salah diambil tindakan pun salah. Keputusan untuk mendeportasi dilakukan dengan cara yang sangat dramatis. Di tengah keramaian diciptakan drama perkelahian antara pemuda pibumi yaitu suku qibti (pribumi Mesir) melawan pemuda turunan Israil. Pemuda yang dari marga Israil, mempropokasi agar Musa membantunya. Atas hasutannya Musa ikut terlibat dalam perkelahian kompliks antar rasis tersebut, dan dibunuhnya pemuda yang pribumi itu. (Q.28. 14 – 15). Musa menyesali atas keterlibatannya dalam konfliks tersebut. Seraya ia mengatakan. Perbuatanku itu adalah hasutah syaithan. Sambil bermenung seraya dia mengatakan Ya Allah, Saya benar benar telah berbuat zalim terhadap diri sendiri, ampunilah hamba ini. (Q.28. 16 -17 ). Ketika orang yang dibantunya itu datang menjelaskan tentang peristiwa perkelahian tersebut Musa marah kepadanya, seraya mengatakan “ Anda benar benar banar kurangi ajar”. Kemarahan Musa segera dialihkan kepada aktor intektual sebut MISTER X yang merekayasa terjadinya perkelahian itu. Oleh MISTER X ditantangnya dengan ucapan “ Apa anda membunuh saya seperti perbuatan anda kemarin? Jika anda lakukan itu berarti anda itu sorang durjana, yang terus membuat kekacauan di negeri ini, bukan ksatria yang membuat masyarakat damai “. (Q. 28 .19)
Dari keterlibatan Musa dalam perkelahian antara pri dan non pri, para pimpinan segera mengadakan rapat tertutup. Ketika para pimpinan masih sedang rapat, salah seorang ada yang menyampaikan informasi kepada Musa dengan tergopoh gopoh, seraya ia mengatakan : “Di Istana sedang rapat pimpinan, membicarakan tentang Anda. Keputusannya anda mau dibunuh, segeralah anda pergi, itu saran Saya”. (Q.28.20).
Siapakah aktor intelektual perkelahian antara pemuda qibthi dan pemuda keturunan Israil. Karena Musa terlibat, membuat rapat pimpinan, dan keputusannya Musa harus dihukum mati?. Pada rangkaian ayat secara langsung tidaklah disebutkan. Namun pada surat yang sama yaitu Surat Qasas (28. 76) yang teksnya seperti dikemukan di atas, dimunculkan nama Qarun. Tidak terlalu spekulasi jika Mister X yang menjadi aktor intelektualnya adalah Qarun. Departemen Agama RI, memberi catatan kaki kalau Qarun adalah salah seorang sepupu pamannya. Boleh jadi dari rekayasa itu, Firaun mengangkatnya menjadi menteri atau pejabat Negara yang strategis. Dari hasil komisinya yang stretegis itu membuat ia menjadi kaya. Untuk mengeksekusinya, kepentingannya dia serahkan kepada para ponggawa, yaitu para malaa yaitu para elite politik yang setia kepada Firaun. Namun demikian, pada akhirnya Musa dengan bekal TAURAT, yang diterimanya di Perbukitan Sinai, mampu mengambil alih keperkasaan Firaun berikut malanya, dan menenggelamkannya pada perang laut, sudah tentu Qarun pun demikian.
Pesan yang kiranya dapat dipetik dari bahasan point 2 ini, Qarun adalah aktor intelektual yang merekayasa konflik. Dengan rekayasanya itu Musa menjadi korban. Silahkan berupaya untuk menggapai tujuan hidup menatap masa depan yang cerah, namun jangan melupakan kebutuhan pragmatis yang anda hadapi. Jangan membikin huruhara, dengan merekayasa konflik, seperti Qarun, yang membuat Musa menjadi korbannya. Pesan Allah pada surat Al Qasas ayat 77.
Secara tekstual hubungan antara Qarun dengan Corona tidak ada. Qarun konteksnya pada permasalahan sosial, sedangkan corona kaitannya dengan virus dalam arti biologi. Namun antara keduanya ada kesamaan yaitu dampak yang membuat masyarakat resah dan gundah gulana. Kalau corona virus biologi, sedangkan qarun virus sosial budaya. Di samping itu perlu ada telaah yang mendalam dan serius tentang kemungkinan adanya mister X, di balik issue covid 19, apakah untuk kepenting-kepentingan tertentu, apakah kepentingan dagang, atau kepentingan politik, dan atau kepentingan kepentingan lainnya. Camkanlah wahai para ksatria Musa abad 21.
- KESIMPULAN
Penelusuran para cendekia tentang kata corona yang terhenti dari bahasa laten Yunani, adalah indikator bahwa kiblat nalar bangsa Indonesia, telah mantap dengan peradaban barat. Implikasinya, tesis atau disertasi yang lireturnya tidak merujuk dari litertur barat, dinilai kurang berbobot, nilai ilmiahnya kurang, dan lain lain. Jika tradisi berfikir seperti ini terus dikembangkan, cita cita bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, akan jauh panggang dari api. Yang kemungkinan dan pasti akan terjadi adalah kedaulatan barat di bumi Indonesia, oleh bangsa Indonesia, terhadap bangsa Indonesia.
Keperkasaan barat, telah diakui sejak Barat menjadi pemenang pada perang Dunia II. Keperkasaan mereka dalam bidang sain dan teknologi harus diakui. Bagi mereka itulah yang menjadi andalannya. Senjata sain dan teknologi digunakan untuk menarik simpati dari dunia ketiga, yaitu negara yang sedang berkembang (sebut saja negara miskin) termasuk Indonesia. Blok Barat kini terpecah pecah. Uni Eropa, nampak kurang simpati dengan sistem kebijakan Amerika. Entah karena faktor apa silakan semuanya mencermati itu. Kewibawaan blok Barat, kini telah menurun, Iran menantang Amerika mengajak berperang itu adalah salah satu indikatornya. Di sisi lain RRC, mulai unjuk gigi. Disamping sistem persenjataan, Cina menarik simpati dari penghuni dunia dengan politik dagangnya. Product negara tirai bambu ini membanjiri pasaran global, termasuk Indonesia. Kampanye anti Cina adalah salah satu strategi blok Barat, untuk menjatuhkan wibawa Cina.
Dari beberapa ayat yang dikutip pada tulisan ini, memberikan gambaran bahwa keperkasaan suatu peradaban akan menjadi sirna, jika tidak mau menerima tawaran dari Sang Pencipta. Kalau sekedar tidak mau barangkali masih ditolerir. Namun ketika arogansi untuk menjegal pemasaran nilai nilai perdamaian sudah keterleluan, berarti peradaban tersebut telah terserang virus qarana peradaban demikian parah. Sesama mereka akan saling menuduh, saling curiga, saling menyalahkan, saling baku hantam, yang pada akhirnya benturan peradaban tak bisa dielakkan. Keperkasaan mereka pasti akan sirna. Di balik kehancuran peradaban yang meraka banggakan, qurun yang muttakhirlah yang akan menggantikannya.
Secara tekstual hubungan antara Qarun dengan Corona tidak ada. Qarun konteksnya pada permasalahan sosial, sedangkan corona kaitannya dengan virus dalam arti biologi. Namun antara keduanya ada kesamaan yaitu dampak yang membuat masyarakat resah dan gundah gulana. Di samping itu perlu ada telaah yang mendalam dan serius tentang kemungkinan adanya MISTER X, di balik issue covid 19, apakah untuk kepenting-kepentingan tertentu, apakah kepentingan dagang, atau kepentingan politik, dan atau kepentingan kepentingan lainnya. Konflik peradaban, pada era Firaun sekitar abad 13 s.M pernah terjadi, Qarunlah aktor intelekualnya. Kiranya perlu dicermati oleh kalangan para ksatria, yang dengan gigih berjuang membela kebenaran, jangan sampai terjebak seperti halnya yang pernah dialami Musa. Perjalanan sejarah yang maha berharga ini layak dijadikan bagi siapa pun. Rekayasa konflik untuk menghimpun harta atau untuk kepentingan kepentingan lainnya boleh jadi berhasil. Namun pada akhirnya perjuangan Musa untuk menegakkan nilai nilai yang maha luhur berhasil. Camkanlah wahai para ksatria abad 21.
Mudah mudahan harapan bangsa Indonesia untuk merajut perdamaian dunia, seperti yang tersurat pada Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 menjadi kenyataan.
Aamiin, Ya mujibas sa-iliin.
Wassalam,
Jakarta, 18 April 2020
DAFTAR BACAAN
Al Quran
Abdul Latif bin Abdul Qadir al-Hifzi, Ta’tsir Mu’tazilah fi al-Khawarij wa al-Syi’ah, (Jeddah: Dar al-Andalus al-Khadhra’, 2000 M)
Abduh, Muhammad, Risalah Tauhid, Bulan Bintang jakarta 1992
Abdul Jabbar bin Ahmad, Sarh Ushul al-Khamsah, tahqiq oleh: Abdul Karim Utsman, Kairo: Maktabah Wahbah,1996
Asy’ary, Abu Hasan Al-, Al Maqaalaat al Islamiyyiin, Musthafa Al Baby Al Halaby, Mesir 1962.
Dimont, Max I., Jews, God and History, Universiti Prees. New York, 1976.
——————-, In Destructible Jews, Universiti Prees. New York, 1977.
Ghazaly, Abu Hamid, Muhammad, Ihya Ulumu al Diin, Mustafa Al Baby al Halabi, Mesir tat.
Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran Aliran dan Sejarah, UI Press, Jakarta 1972.
Hatta, Muhammad , Alam Pikiran Yunani, Tintamas, Jakarta, 1986.
Husein, Taha, Al-Fitnah al-Qubra, Beirut , 1976.
Isfahani, Al-Raghib al, Mu’jam al-Mufradaat Alfaz Alquran, Beirut. tat.
Ma’luf, Luis, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Beirut 1986.
Maraqghy, Ahmad Mustafa Al, Tafsir Al-Maraghy, Mesir 1974.
Shabuny, Moh. Aly al., al-Tibyan fi Ulum Alquran, Beirutlori Umar, Alih Bahasa Moh.Chudlori Umar dan Moh. Matsna H.S, Al Maarif Bandung 1982.
Syaukani, Muhammad bin Ali ibn Muammad Al , Fath al Qadir, Mesir 1964
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Akal dan Hati, sejak Thales sampai Corohal, PT. Remaja Rodaskarya, 2008.
Umar, Moh. Chudlori, Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam Tafsir Alquran, dalam Jurnal Studi Alquran vol I no 1. 2005.
—————–, Tafsir Basmallah, dalam Jurnal Studi Alquran vol 2 no 2. 2006.
Universitas Terbuka (Tim Dep.Agama – FISIP UT), Pendidikan Agama Islam, Edisi kedua 2004.
Zamakhsyari Mahmud ibn Umar, Al-Kassyaf ‘an Haqaaiq Ghawamiz at Tanzil wa ‘Uyun al Aqawil fi wujuh at Tafsir, Beirut, Dar al Kutub 1995.
==================================================================================
Memenuhi saran, Prof. Dr. M. Syarif, Ichsanuddin Noorsy, dan teman teman, tulisan ini ditambahkan satu alenia pada kesimpulan, dan dicantumkan pula DAFTAR BACAAN. Harap maklum.